Sharing is Caring #4 (Transplantasi nukleus)
Hai Fellas! Selamat datang di Agnes's write space. Postingan kali ini akan membahas mengenai transplantasi nukleus atau bisa disebut juga dengan kloning. Oiya! dalam pembuatan postingan kali ini, aku dibantu oleh 4 orang teman aku (Ellen, Diaz, Betthy, dan Rita). Semoga dapat bermanfaat ya!
~Nes.
TRANSPLANTASI NUKLEUS (KLONING)
Transplantasi nukleus merupakan suatu metode yang digunakan dalam kloning. Transplantasi nukleus atau nucleus transplantation merupakan suatu cara dimana nukleus (inti sel) sel telur yang belum maupun sudah terfertilisasi dibuang dan digantikan dengan nukleus dari sel yang sudah terdiferensiasi. Nukleus digunakan dari sel donor yang telah terdiferensiasi dan dapat menunjukkan kemampuan genetik penuh, Nukleus tersebut akan mengarahkan perkembangan sel penerima menjadi ke semua jaringan dan organ organisme.
Dalam pengembangannya, metode transplantasi nukleus dapat dibedakan menjadi 4 teknik antara lain sebagai berikut.
1. Teknik Roslin
Teknik ini diterapkan oleh Ian Wilmut dan Keith Campbell ketika melakukan kloning pada domba Dolly. Sel donor diperoleh dari sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset), kemudian sel tersebut dikultur secara in vitro dalam medium yang memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel tersebut. Kultur terhadap sel tersebut dilakukan untuk menghentikan seluruh gen yang aktif pada sel tersebut dan memasuki stadium Gap Zero (G0). Sel telur diperoleh dari domba betina Blackface, kemudian sel tersebut dienukleasi dan diletakkan di sebelah sel donor. Kedua sel tersebut mengalami fusi dengan cara diberikan kejutan listrik satu hingga delapan jam setelah pengambilan sel telur. Pada saat fusi berlangsung, pertumbuhan embrio juga diaktifkan. Apabila embrio dapat bertahan maka embrio tersebut akan dipindahkan ke dalam uterus induk resipien, dimana induk resipien tersebut akan mengandung embrio tersebut hingga siap untuk dilahirkan.
2. Teknik Honolulu
Teknik ini diterapkan oleh Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari Universitas Hawai untuk menghasilkan tiga generasi kloning tikus secara genetik identik pada bulan Juli 1998. Sel donor yang digunakan adalah tiga tipe sel, yaitu sel sertoli, sel otak, dan sel cumulus yang berada dalam stadium G0. Sel telur yang digunakan berasal dari sel telur tikus yang belum dibuahi, kemudian sel tersebut
dienukleasi dan nukleus donor yang berasal dari sel-sel pada setiap ekstrak sel tikus tersebut dimasukkan ke dalamnya. Sel-sel tersebut kemudian ditumbuhkan dalam medium yang mengandung cytochalasin B yang berfungsi untuk menghentikan pembentukan badan polar hingga berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-embrio tersebut kemudian dipindahkan ke dalam induk resipien hingga siap untuk dilahirkan.
3. Embryo splitting
Pada teknik ini, kumpulan totipoten pra-embrio sebelum diletakkan ke dalam resipien, dipilah menjadi dua, yang kemudian menghasilkan dua embrio identik. Cara ini sering terjadi secara alamiah, yaitu dalam proses yang menghasilkan kembar identik. 4. Blastomere dispersal
Teknik ini dimulai dengan pemisahan secara mekanik sel-sel individual sebelum pembentukan blastosit (sel-sel awal membentuk bola yang berisi cairan).
• Manfaat Kloning Hewan :
1. Mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul.
2. Membantu dan menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. 3. Pengembangan ilmu pengetahuan.
• Kelebihan Kloning :
1. Dapat meningkatkan produktivitas dengan mengkloning sel somatic dari sel donor unggul.
2. Dapat menciptakan individu baru dengan sifat yang sama persis dengan indukan.
3. Dapat menjadi solusi untuk melestarikan hewan langka.
4. Dapat melipat gandakan genotip bibit atau ternak unggul.
5. Dapat meningkatkan keuntungan peternak.
• Kekurangan Kloning:
1. Umur sel ternak kloning yang sama dengan umur sel donor.
2. Ternak hasil kloning tidak memiliki imunitas bawaan sehingga akan rawan terserang penyakit.
3. Penyakit tertentu yang seringkali menyerang ternak hasil kloning. 4. Dapat menurunkan variasi genetik disebabkan oleh susunan genetik ternak hasil kloning akan identik dengan indukannya.
5. Perlunya sinkronisasi siklus sel donor sitoplasma resipien.
• Transplantasi nukleus (kloning) telah berhasil dilakukan pada beberapa jenis hewan antara lain:
1. Sapi
Kloning sapi menggunakan sel fibroblas beku kulit sapi Brahman jantan umur 21 tahun dan 28% fusi (53 sel dari materi penelitian 190 sel) berkembang sampai fase blastosis. sejumlah 26 embrio blastosis ditransfer ke 11 ekor sapi betina resipien, 1 ekor anak sapi lahir dan sisanya mengalami kematian embrional.
2. Babi
Kloning pada babi menggunakan sel fibroblast fetus dan diinjeksikan dalam oosit matang in vivo yang telah diambil intinya. sejumlah 110 embrio hasil kloning yang ditransfer ke empat induk resipien, satu ekor babi berhasil lahir.
5. Domba
Domba Dolly adalah eksperimen pertama yang berhasil dengan sempurna pada tahun 1997 oleh ilmuwan Skotlandia yang bernama Ian Wilmut. Proses kloning domba dilakukan dengan mengambil inti sel dari kelenjar susu dari hewan yang sudah dewasa kemudian menanamkan sel telur yang sudah dibuang intinya.
6. Silk Milk
Kloning domba yang dapat menghasilkan susu berprotein sutra laba laba dengan cara gen sutra dipotong dari laba-laba. Inti nukleus pada kambing A dikeluarkan (enukleasi) kemudian inti dan gen sutra digabungkan menjadi satu. Sel telur diambil dari kambing B dan enukleasi kemudian sel telur dari kambing B dan nukleus gen sutera dipotong dari laba-laba yang mengandung gen sutera yang menyatu. Telur dirangsang untuk membelah membentuk embrio, setelah embrio terbentuk embrio dimasukkan ke dalam rahim kambing C. Kambing C melahirkan secara transgenik Susu kambing D mengandung protein sutra laba-laba. Protein diekstraksi dari susu dan sutera laba-laba terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Protein diekstraksi dari susu dan sutera laba-laba terbentuk.Campbell, N. A., dan Reece, J. B. 2010. Biologi edisi ke-8. Erlangga, Jakarta.
Ciptadi, G. 2007. Pemanfaatan teknologi kloning hewan untuk konservasi sumber genetik ternak lokal melalui realisasi bank sel somatis. Jurnal Ternak Tropika 6 (2): 60-65.
Sofoewan, S. 1997. Kloning dan rekayasa reproduksi. Tarjih: Jurnal Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam 2 (1): 21-27.
Tenriawaru, E.P. 2013. Kloning hewan. Jurnal Dinamika 4 (1): 49-61.
Wahjuningsih, S., Suyadi, T. S., Ihsan, M. N., Isnaini, W. B. N., dan Yekti, A. P. A. 2019. Teknologi Reproduksi Ternak. UB Press, Malang.
Komentar
Posting Komentar